Pemeriksaan Biokimia Gizi

Pada umumnya pemeriksaan status gizi ada 4 yaitu: antropometri, pemeriksaan klinik, pemeriksaan kuantifikasi/ diet, serta pemeriksaan biokimia. Pemeriksaan biokimia tidak dilihat langsung pertumbuhan anaknya (seperti antropometri). Antropometri digunakan untuk melihat kekurangan status gizi makro. Pemeriksaan biokimia digunakan untuk menilai status gizi mikro yang lebih tepat, obyektif, dan hanya dilakukan orang yang terlatih.

Pada umumnya yang dinilai yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan mineral. Contoh sampel berupa serum darah, urine, rambut (untuk melihat Zn), feces, maupun biopsi jaringan. Plasma darah dapat menghasilkan komponen darah (didapatkan dari darah yang dicentrifuge menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma dan sel-sel darah) yang bisa dihitung.

Pemeriksaan zat besi antara lain: Hb (mengetahui status anemi yang merupakan standar WHO), Hct (tahap awal), serum besi (defisiensi besi tahap awal, sebelum menurunnya Hb), saturasi transferin (untuk transpor Fe), serum feritin (cadangan Fe tubuh), TIBC (digunakan pada penelitian), indeks eritrosit dan morfologi darah (membedakan jenis anemianya).

Metode pemeriksaan Hb adalah Sahli dan cyanmetHb merupakan standar penelitian. Simpanan besi terdapat di sumsum tulang, pada saat feritin menurun maka serum besi menurun.

Penilaian status iodium paling mudah dilakukan dalam urine atau dengan TSH (mahal).

Penilaian status Zn pada bayi dapat dilakukan pada rambut. Pada orang dewasa, digunakan serum/plasma. Normalnya 12-17 mmol/L.

Penilaian status Calcium didapatkan dari pengukuran serum.

Penilaian status protein yaitu mengukur cadangan protein dalam tubuh, kadar fibrinogen, transportasi zat gizi tertentu (ex. Fe), Ab, aliran darah. Albumin adalah fraksi protein yang sering dinilai. Globulin diperiksa berkaitan dengan status imun. Fibrinogen untuk pembekuan darah. Penurunan serum protein bisa disebabkan sintesis protein dalam hepar yang menurun.

Penilaian status vitamin A diperlukan sebab penurunannya dalam hepar menurunkan kadarnya dalam plasma sehingga bisa menyebabkan disfungsi retina. Status vitamin A diperiksa di dalam serum (serum retinol dan retinol binding protein). Pemeriksaan ini mahal.

Masalah gizi di Indonesia antara lain: KEP, Anemia, KVA, dan GAKI.

Penilaian status KEP secara biokimia: prealbumin (baik pada 23,8 +/- 0,9 mg/dl),

Penilaian status KVA menggunakan indikator plasma dan liver vitamin A. Terdapat program pemerintah yaitu pemberian kapsul vitamin A tiap bulan Februari dan Agustus. Gejala subklinis KVA yaitu gangguan sistem imun dengan angka infeksi yang makin meningkat (paling banyak yaitu ISPA). Gejala klinisnya yaitu xerophtalmia (dapat menyebabkan cirrhosis conjunctiva dengan tanda-tanda sering mengedip disertai bercak bitot) sehingga tampak busa yang menghilang bila dihapus dan muncul lagi.

Anemia yang dianggap fisiologis adalah pada ibu hamil trimester 2 karena terjadi hemodilusi.

Penilaian status GAKI yaitu menggunakan urine, di daerah endemis berat (<25 ug/ g kreatinin) dan sedang (25-50 ug/g kreatinin). Iodium urine biasanya akan menurun sebelum struma muncul.

Pemeriksaan status gizi secara lab dapat mendiagnosis kurang gizi lebih dini sebelum tanda-tanda klinis muncul.

Leave a comment